PACITAN – Pacitan memang memiliki seribu pesona. Hingga sering dijuluki Paradise of Java. Kota di ujung barat daya Jawa Timur ini banyak memiliki pantai nan elok, goa, wisata budaya, sampai kuliner. Tapi, tidak hanya itu saja. Pacitan juga memiliki Sungai Grindulu yang berpotensi dikembangkan menjadi tempat wisata waterfront city. Merupakan pengembangan daerah tepian air.
Potensi Sungai Grindulu inilah yang membawa Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang mendapat hibah Matching Fund Kedaireka 2022 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Diusung oleh dua dosen, yakni Prof Dr Ir Lalu Mulyadi, MT, dosen arsitektur, dan Dr Aladin Eko Purkuncoro, ST MT, dosen Teknik Mesin D-3 ITN Malang.
Mengangkat konsep Pengembangan Tourism Park Melalui Optimalisasi Potensi Lokal, Tim Kedaireka ITN Malang menggandeng Bumdes Arjuna Mulia untuk mengembangkan wisata sungai di Desa Arjowinangun, Pacitan.
“Potensi daerah (Pacitan) memang luar biasa. Kami sebagai akademisi membantu menggali dan memunculkan potensi untuk kemudian bisa dimanfaatkan bersama. Nantinya juga bisa menjadi branding kawasan. Posisi site-nya (lokasi wisata) memang menarik. Karena langsung terlihat dari atas jembatan di tengah kota, ” ujar Prof Lalu saat ditemui di Kampus 1 ITN Malang, Selasa (27/6/2022) yang lalu.
Melibatkan 30 mahasiswa dari Prodi Arsitektur, Teknik Mesin D-3, Teknik Listrik D-3, dan Teknik Industri S-1 ITN Malang, Kedaireka akan menjalankan programnya mulai Agustus hingga Desember 2022.
Menurut Prof Lalu, mahasiswa arsitektur akan membantu membuat site plan (peta rencana pembangunan), menganalisa dan mengonsep desain tematik.
Baca juga:
Ini Dia Nama-nama Media Paling Keren
|
“Mahasiswa yang terlibat betul-betul mampu membuat desain secara kawasan. Bukan satu persil atau bangunan. Jadi, nanti ada beberapa spot (wahana) wisata, ” tambah Prof Lalu yang juga Ketua Kedaireka ITN Malang ini.
Dr Aladin Eko Purkuncoro, ST MT, menambahkan, potensi sungai di Kota Pacitan sangat besar. Apalagi kawasan yang akan dibangun berdekatan dengan jalan poros kota, dan pasar. Sehingga tim kedaireka memanfaatkan kawasan tepian air (waterfront area) untuk dibangun, ditata, dikembangkan sebagai kawasan wisata.
Kedaireka ITN Malang kembangkan Pacitan Waterfront City. (Foto: Istimewa)
“Kami sudah komunikasi dengan Pak Wiwid Kepala Desa Arjowinangun untuk mengembangkan kearifan lokal, dan perekonomian di sekitar kawasan tersebut, ” kata Aladin.
Rancangan pengembangan kawasan yang bisa dilakukan antara lain “Waterfront City for Conservation”. Konservasi atau pelestarian kawasan. Penataan dan pelestarian kawasan waterfront city dimaksudkan supaya kawasan tersebut bisa tetap terlihat menarik, tertata rapi, dan kekinian.
Dan juga dengan “Waterfront City for Redevelopment”. Kawasan Pacitan tepian badan air yang akan di redevelopment atau dikembangkan kembali sebagai salah satu langkah untuk memperbaiki penampilan kota yang ada di tepi perairan.
“Untuk melengkapi nanti akan ditambah fasilitas wahana. Seperti, spot foto, balon udara, sepeda gantung, kios UMKM untuk meningkatkan perekonomian, dan kapal. Kapal ini untuk wisata menuju laut. Karena dari lokasi wisata ke laut jaraknya hanya beberapa km saja. Alam menuju ke laut juga bagus, ” beber Kaprodi Teknik Mesin D-3 ITN Malang ini.
Dikatakan Aladin, jika program kedaireka bisa berjalan jangka panjang. Kedepannya dapat ditambahkan dengan teknologi tepat guna (TTG) untuk UMKM. Mengingat Pacitan memiliki camilan khas sale pisang. Kedaireka bisa memberikan pelatihan-pelatihan pembuatan sale dengan berbagai rasa. Atau, memanfaatkan TTG untuk mencetak sale pisang dengan berbagai karakter.
“Bisa juga sampah diolah dengan TTG menjadi energi terbarukan. Di sana (Pacitan) ada PLTU yang menghasilkan residu. Nah, residu ini bisa dimanfaatkan menjadi paving, dan lain sebagainya, ” tambahnya.
Putra asli Pacitan ini juga sempat mengenang banjir terbesar dalam sejarah Pacitan tahun 2017. Dimana airnya sempat melampaui tanggul dan mempengaruhi perekonomian Pacitan. Sebenarnya, program awal kedaireka adalah redesain rencana lokasi wisata di bawah jembatan dengan cor, yang dilengkapi hidrolis. Sehingga ketika sewaktu-waktu terjadi banjir hidrolis akan naik ke atas.
“Hidrolis ini bisa dibuat bongkar pasang. Sebenarnya penempatan hidrolis sebagai solusi di tempat wisata air jika terjadi banjir. Nanti, kalau tahun pertama berjalan lancar, insyaallah tahun ke dua bisa diprogramkan dengan pengadaan hidrolis, ” tandasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)